Hari itu udara panas sangat terasa di Kenongorejo, yang konon dahulu kala dipenuhi bunga kenanga dan kelak kemudian hari ketika ramaiĀ atau rejo dalam bahasa Jawa, menjadi nama desa di mana aku dilahirkan. Selepas ujian Ebtanas sambil mengunggu pengumuman kelulusan, hari itu di awal Juni 1996, kuterima sepucuk surat dari SMA ku. Agak ganjil juga aku pikir, masak baru satu hari tidak masuk langsung mendapat surat teguran. Surat itu cukup mengundang pertanyaan karena ditujukan untuk Bapak dan diriku agar besuk pagi menghadap pak Lasiman selaku kepala sekolah saat itu.
Pak kepala sekolah berkata, Bayu kamu harus ke Jogjakarta demi masa depanmu, kalau ada kesulitan biaya tetaplah berjuang. Bapak dan aku cukup terkejut, ternyata lamaranku untuk mengikuti PMDK di Universitas Gadjah Mada dinyatakan diterima dan minggu depan selepas pengumuman kelulusan aku harus ke kota Gudeg. Sesampai di rumah, tentu saja bapak bersama semua keluarga senang namun juga was- was bagaimana dengan biayanya, namun Bapak meyakinkanku untuk tetap memenuhi panggilan dari kampus Biru. Hari terakhir di SMA ku cukup berwarna karena harus berpisah dengan sahabat maupun bapak ibu guru yang 3 tahun membimbingku. Selain ijasah dan surat diterima di jurusan Manajemen UGM yang kugenggam, ada hal yang cukup berkesan. Pak Lasiman selaku kepala sekolah di hari perpisahan memberikan souvenir kepadaku, selain sebagai mantan ketua OSIS, ternyata beliau merasa berhutang padaku, karena dalam pertemuan kepala sekolah se provinsi Jawa Timur 2 hari yang lalu, beliau dipanggil oleh kepala Dinas untuk maju di depan rapat bersama 2 kepala sekolah yang lain dari Kediri dan Pamekasn. Alhasil beliau kaget, dan berakhir gembira karena kemudian beliau mengetahui kalau salahsatu siswanya menjadi peraih nilai Ebtanas terbaik se Jawa Timur.