Kamar segi lima di sudut kiri depan rumah kost an Bos Gun (pak Gunarto) itu kini telah dialihfungsikan menjadi laundry. Agak sayang, karena disitulah selama tahun kedua dan ketiga, kuhabiskan hari-hari merajut mimpi hingga meraih gelar sarjana di bulan oktober 1999. Kamar yang di pintunya dulu masih terlihat sangat jelas tiga lubang bekas peluru aparat ketika bersama teman-teman demonstrasi di awal Mei 1998 yang kemudian aparat militer mengejar demonstran sejak dari bunderan kampus hingga kampung sekeliling kampus termasuk Karangbendo.
Setelah tahun pertama, menghabiskan hari-hari di rumah kos pak Tri Heri Prajoko di kampung Tawangsari, kurang lebih 2 kilometer di utara kampus biru; tahun kedua hingga lulus aku menikmati selokan mataram yang persis ada di depan kostanku yang hanya dipisahkan jalan selebar 2 meter. Gejala krisis di awal 1998 turut mewarnai kedidupan, nasi sayur yang awalnya 200 rupiah merangkak mencapai 500 rupiah. Maka, pengalaman pramuka untuk memasak menjadi siasatku meski tak banyak sayur dan lauk yang mampu dimasak, setidaknya nasi selalu siap tersedia bersama sambal dan rempeyek, logistik dari kampung halaman.
Bapak, Ibu, adikku dan calonku dik Er ikut menemaniku meraih gelar sarjana di kampus kerakyatan ini. Alhamdulilah setelah KKN 2 bulan di Kalangbangi lor B, Ngeposari, Semanu Gunungkidul, dibimbing oleh Mbak Pipin (Bu Yulia MBA) kuselesaikan studi 3 tahun 1 bulan dengan 4 piagam dari pak Dekan (Prof Nopirin) yang cukup membuat keluarga kaget juga di malam pelepasan wisudawan.