Hari kedua di bulan November 2011 disesaki tetes hujan sejak pagi hari. Kereta Lodaya yang kutumpangi baru saja menginjakkan kakinya di peron stasiun kota terbesar di Jawa bagian barat itu, tepat saat azan Maghrib dikumandangkan, di tengah rintik hujan yang seakan enggan berpisah dengan tanah. Setelah mataku dimanjakan oleh eloknya bumi Priangan sepanjang perjalanan, melihat pegunungan, lembah dan area persawahan yang menghijau diselimuti kabut tipis, kini di kursi depan mobil penjemput itu, mataku menikmati eksotisme kota Paris van Java ini.
Tak salah, teman-teman Total lubricant memilih hotel di tengah Dago ini, lokasinya strategis di pusat kota tak jauh dari hotel Merdeka yang legendaris di sisi jalan Asia Afrika. Kurebahkan badanku di salahsatu bilik kamar lantai 11 hotel Aston, setelah ditemani makan malam oleh mas Agung dan kawan-kawan Total, di restoran Jepang persis seberang hotel. Hujan cahaya terpantul di kaca kamar ditengah gerimis yang bersahut-sahutan, kubaca beberapa materi untuk seminar esok hari sampai mata terlelap menjelang tengah malam.
Mas Kusdi dan sekitar 20 teman dari tim sales dan tim marketing Total lubricant, rapi mengisi kursi-kursi yang ditata berbentuk U itu. Tak terasa jarum jam telah menunjuk angka 6 sedangkan jarum pendek menunjuk angka 4, sudah saatnya untuk berpisah dengan kawan-kawan ini yang aktif berdiskusi sejak jam 9 tadi pagi. Terima kasih dan salam suskses untuk Total Indonesia. Ransel hijau tua kesayanganku itu kini memiliki teman satu plastik berisi jajanan khas Bandung dan souvenir dari Total lubricant. Kulangkahkan kakiku kembali ke kereta Turangga yang telah menunggu di jalur 1, dan mengantarkanku kembali ke kota Gudeg tepat ketika hari berganti 2 jam yang lalu.