Monggo Cokelat nya

 

 

 

 

Desember baru menginjak hari ketiga, ketika iring-iringan 9 buah mobil meliuk-liuk di suatu pagi di daerah  Purbayan, Kotagede Jogjakarta. Kawasan yang ribuan tahun lampau menjadi ibukota keraton Ngayogyakarto Hadiningrat, sebelum berpindah ke lokasi Keraton Jogja saat ini. Suatu kawasan yang dikenal dengan Alas Bering. Seperti pengalaman “de javu” menyusuri sudut-sudut ibukota Jogjakarta, sampai iring-iringan berbelok ke bangunan antik disamping halaman luas selebar 2 kali lapangan volley. Bangunan joglo limasan, itulah yang dikenal sebagai pusat industri cokelat Monggo made in Jogjakarta Istimewa.

Cokelat 100% “truffle” ini sungguh istimewa, ketika memasuki rongga mulut kita, terasa begitu lumer dan seakan ingin cepat berpisah dari lidah. Ini karena cokelat monggo dijamin kemurniannya. Konsep “social enterprises” dapat begitu mudahnya dikenali. Duet Thierry, seorang pria asal Belgia (yang terasa begitu “njawani” ketika berinteraksi) dan Edo, yang mencetuskan ide ini sejak 2005 adlah perpaduan yang mengaduk konsep ini. Selurus proses produksi yang kurang lebih 100 kilogram cokelat per hari, dilakukan oleh ibu-ibu warga lokal Kotagede, dan energi yang digunakan ramah lingkungan, dari panel surya. Tak heran, kertas yang dipergunakannya pun, berlabel bukan hasil pembalakan liar dan daur ulang. Tak berlebihan jika cokelat monggo menjadi pilihan cerdas bagi konsumen yang semakin peduli terhadap etika lingkungan dan etika sosial.

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*

You may use these HTML tags and attributes: <a href="" title=""> <abbr title=""> <acronym title=""> <b> <blockquote cite=""> <cite> <code> <del datetime=""> <em> <i> <q cite=""> <strike> <strong>