Ruangan berukuran 20 kali 30 meter di puncak Macau tower itu, heboh dan terkejut ketika tiba-tiba Prof Alex Michalos (chief editor Journal of Business Ethics), terjatuh lunglai dari atas podium ketika memberi welcome speech di tengah dinner yang generous, persembahan Universidade de Macau. Panitia The 3^rd World Business Ethics dengan segera dan sigap bersama peserta conference yang lain segera membawa beliau ke rumah sakit terdekat.

Kejutan malam itu, tidak mengurangi antusias peserta untuk berdiskusi dan termasuk aku yang mempresentasikan paper tentang CSR di Four Seasons Hotel di sudut teluk Cotai, di negeri yang sempat beberapa dekade dikuasai Portugal, dan kini telah kembali dalam kendali Great China. Tidak heran, berbagai sudut kota dan fasilitas public memiliki tri bahasa, Inggris, Mandarin dan Portugal sebagai penunjuk informasi. Saat makan siang di restoran hotel bintang lima, di komplek sebelah kanan dari the Venetian ini, menunya pun dipengaruhi rasa asia namun dengan selera eropa yang mudah diketemukan jejaknya. Menariknya, disebelah hotel dan sekeliling jalan utama, tersedia casino yang juga semarak, apalagi tak perlu Visa berkunjung ke sana.

Hanya butuh waktu kurang dari 1 jam dengan speedboat dari Hongkong menuju Macau, pengunjung selain ke kasino juga dapat menjejaki kompleks de la Ruins of St. Pauls dan beberapa sudut kota yang lengkap fasilitas belanja maupun wisata bahari, yang terhubung dengan cantiknya oleh jembatan antara pulau-pulau kecil ke daerah Cotay, Taipa dan lain-lain. Akhir Oktober 2010 itu, udara di kamar Best Western hotel yang kusinggahi cukup nyaman dan terletak 1 kilometer dari tempat konferensi. Kusempatkan juga menengok Universidade de Macau yang sedang membangun kampusnya yang baru nan megah, sebelum sore harinya Air Asia mengantarkanku 3 jam perjalanan ke Kualalumpur dan kemudian paginya menuju kota budaya, Jogjakarta.