Shubuh baru saja beranjak ketika kucium kening kedua malaikat kecilku, lalu mereka diajak jalan-jalan oleh om, tante dan keponakanku. Sejak semalam keduanya tidurnya kurang pulas, mungkin mereka tahu akan ditinggalkan kedua orang tuanya untuk sementara waktu. Pesawat Garuda yang membawa kloter 59SOC mendarat di bandara King Abdul Aziz, Jeddah menjelang tengah malam di awal November 2008. Setelah menempuh 2 jam perjalanan, sampailah di bangunanan 5 lantai di kaki bukit di sudut Nuzhah, yang di pintu depannya tertulis angka 849, bangunan ini sekitar 30 menit dari pusat Mekkah.
Hangatnya airmata bercucuran saat pertama kali, kulihat Baitulllah bersama istriku. Setelah menyelesaikan Thawaf dan Sa’I bersama teman-teman, diantaranya Mas Bambang, Mas Soni, Mas Tugimin, Bu Yayak, Bu Hartini, Mbak Ndari, Mbak Dwi, Mamanya mbak dwi dan Mbah Jadid, kami tenggelam diatara ratusan ribu jamaah yang memanjatkan kalam Illahi. Ada berbagai pengalaman menarik dan agak sedikit lucu namun alhamdulilah dilancarkan baik ketika mabit di Muzdhalifah, wuquf di Arafah maupun melempar jumrah di Mina.
Untuk kedua kalinya dalam hidupku, rambutku dipangkas habis oleh Mas Heru, teman sekamar bersama Pak Zubaidi, pak Ponidjo dan lain-lain bermodal silet. Agak ngeri juga namun tak terlupakan. Yang juga membahagiakan, 9 hari berziarah ke makam rasulullah di Masjid Nabawi, melakukan sholat arbain, berdoa di raudhah dan mengunjungi beberapa lokasi bersejarah di Madinah. Di kota inilah rasa kagum dan takjub penuh rasa syukur tak putus rasanya.